Warganet media sosial sering melihat istilah “tone deaf”, yang sering digunakan di beberapa platform. Dalam sebuah video, istilah ini sering digunakan baik secara tulisan maupun ucapan.
Pada awalnya, istilah tone deaf digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak dapat mengenali nada dengan benar dalam dunia musik, tetapi sekarang juga digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menghadapi masalah sosial.
Dalam masalah sosial, istilah tone deaf memiliki arti yang lebih dalam karena menggambarkan seseorang yang tidak peduli dengan keadaan atau perasaan orang lain.
Seseorang yang dianggap tidak dapat mendengar sering mengabaikan atau tidak menyadari bagaimana mereka berbicara atau bertindak terhadap kelompok tertentu.
Ada kemungkinan bahwa tindakan ini bahkan dianggap sebagai tanggapan yang tidak sesuai atau tidak relevan dengan masalah yang sensitif. Akibatnya, orang yang dianggap tidak dapat mendengar sering menimbulkan kemarahan atau kebingungan di masyarakat.
Di Indonesia sendiri, istilah ini sering digunakan untuk menyindir publik figur atau artis yang tidak peduli dengan masalah sosial yang terjadi di sekitar mereka. Bahkan kadang-kadang digunakan untuk menyindir publik figur yang jelas tidak peduli.
Sementara itu, istilah tone deaf sendiri telah menjadi lebih populer dalam beberapa waktu terakhir. Namun, baru-baru ini digunakan kembali setelah demonstrasi di Indonesia yang menentang revisi UU Pilkada.
Istilah ini sering digunakan untuk orang-orang terkenal dan influencer di media sosial yang mengabaikan masalah sosial yang menjadi perhatian masyarakat Indonesia saat ini.
Arti Tone Deaf
Orang-orang yang disebut tone deaf biasanya publik figur atau sosok yang hebat, dan mereka tampak tidak peduli dengan masalah sosial karena cara mereka berkomunikasi dengan orang lain.
Contohnya, seseorang harus berani menyuarakan kasus besar yang berdampak besar pada masyarakat. Namun, mereka tidak peka atau bahkan tidak peduli untuk mengeluarkan suara.
Orang-orang yang tidak menyadari atau memahami perjuangan yang dihadapi oleh kelompok tertentu juga dapat menggunakan istilah tone deaf. Misalnya, ketika orang berbicara tentang ketidaksetaraan ekonomi, mereka justru mengabaikan masalah yang dihadapi orang lain dalam hal ekonomi.
Selain itu, masalah sosial atau kurangnya rasa empati terhadap situasi tersebut adalah faktor utama yang sering menyebabkan orang deaf.
Ciri-Ciri Orang Tone Deaf
1. Kurang Empati
Orang yang tidak dapat mendengar seringkali tidak mengalami empati atau tidak dapat memahami perasaan orang lain. Mereka bahkan lebih cenderung mengabaikan perasaan orang-orang di sekitar mereka.
Selain itu, kurangnya empati orang deaf juga dapat dilihat dari cara mereka merespon situasi yang sensitif dengan cara yang salah atau bahkan tidak peduli.
2. Mengabaikan Isu Sosial
Selain itu, ciri khas orang tunarungu biasanya mengabaikan masalah sosial di sekitar mereka. Ketika mereka menghadapi situasi sosial yang menarik perhatian, mereka seringkali tidak dapat memahami norma atau bahkan aturan tidak tertulis.
Dalam menanggapi isu sosial tersebut, bahkan orang deaf tidak segan-segan membuat komentar atau bertindak dengan cara yang tidak pantas.
3. Tidak Menyadari Dampak Tindakannya
Seseorang yang disebut tone deaf seringkali tidak menyadari apa yang mereka katakan atau perbuat, yang dapat membuat mereka dianggap tidak peka. Ini karena mereka seringkali tidak memperhitungkan atau sadar bagaimana tindakan atau kata-katanya akan diterima oleh orang lain.
4. Canggung Bersosialisasi
Karena mereka tidak menyadari isyarat non-verbal seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau nada suara, orang dengan tone deaf juga dapat menunjukkan sikap canggung atau bahkan tidak nyaman ketika bersosialisasi dengan orang lain.
5. Kurang Menyesuaikan Diri
Salah satu karakteristik utama orang yang tidak dapat mendengar adalah bahwa mereka sangat kurang atau tidak dapat menyesuaikan diri meskipun telah diberi petunjuk atau gambaran sosial. Mereka sering kali sulit untuk mengubah perilaku mereka untuk lebih sesuai dengan lingkungan sosial.